Yogya.co, SLEMAN – Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, telah memproyeksikan terjadinya resesi global 2023, Senin (27/9/2022). Meski sejumlah pakar menyebut resesi tersebut tak terjadi di Indonesia, akan tetapi bukan tidak mungkin, dampak dari jurang resesi itu akan memengaruhi perekonomian Tanah Air.
Prediksi tersebut disampaikan oleh bendahara negara itu berdasarkan studi Bank Dunia mengenai implikasi kebijakan pengetatan moneter, yang dilakukan bank-bank sentral, terhadap pasar keuangan dan pelemahan ekonomi.
“Kalau Bank Sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di tahun 2023,” ungkapnya dalam konferensi pers APBN, September lalu.
Sebelumnya, Presiden Bank dunia, David Malpass membeberkan bahwa bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini. Bahkan, peningkatan tersebut akan terus berlanjut hingga tahun depan. Padahal, selama lima dekade terakhir, tingkat sinkronisitas ini belum pernah terjadi.
Peningkatan suku bunga tersebut, menurut studi Bank Dunia, akan membuat tingkat inflasi inti global mencapai sekitar 5 persen di 2023. Nilai tersebut naik hampir dua kali lipat dari rata-rata lima tahun sebelum pandemi.
Tentu kabar ini menimbulkan rasa takut tersendiri bagi para pelaku bisnis. Pasalnya, peningkatan inflasi yang tak tanggung-tanggung ini akan sangat memengaruhi kegiatan operasional sebuah perusahaan.
Namun, sejatinya, prediksi keterpurukan tersebut tak seharusnya membuat para pelaku bisnis turut lesu. Justru sebaliknya, para pelaku bisnis harus memiliki semangat dan strategi baru untuk melawan tantangan resesi tersebut.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku bisnis dalam menghadapi cambukan tersebut adalah membenahi strategi marketing atau pemasarannya. Lantas, hal apa yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi jurang resesi global 2023 ini?
Tetap Tangguh di Tengah Resesi Global 2023, Ketahui 4 Komponen Strategi Pemasaran Ini untuk Melawan Inflasi
Kondisi inflasi yang tinggi ini, tentu menjadi tantangan besar bagi para pebisnis untuk memasarkan produknya. Dalam hal ini, memahami kemungkinan perilaku konsumen semasa inflasi menjadi salah satu hal penting.
Langkah selanjutnya adalah menyesuaikan strategi dan aktivitas pemasaran sesuai dengan pembacaan terhadap perilaku konsumen tersebut. Setidaknya, taktik pemasaran kala inflasi ini harus memperhatikan 4 komponen berikut.
A. Promosi: Terus Berinvestasi dalam Periklanan
Aktivitas promosi tak dapat dilepaskan dari dunia bisnis. Salah satu strategi promosi ini dilakukan melalui iklan. Dilansir dari majalah Forbes, iklan memiliki peran penting untuk memperkuat ikatan emosional konsumen terhadap brand produk tertentu.
Mengurangi atau menghentikan iklan dinilai dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi suatu brand. Dalam hal ini yang dimaksud adalah berkurangnya pangsa pasar, kesadaran merek yang lemah, penentuan posisi pasar, dan koneksi pelanggan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Ehrenberg-Bass Institute (2018) menunjukkan bahwa merek yang berhenti beriklan untuk waktu yang cukup lama mengalami penurunan penjualan hingga 16 persen pada tahun pertama dan 25 persen setelah tahun kedua.
Adapun untuk aktivitas promosi di dalam krisis ekonomi seperti proyeksi resesi global 2023 ini, para pemasar harus memperhatikan beberapa hal berikut.
1. Menyesuaikan Saluran Media

Dalam menghadapi inflasi, seperti halnya prediksi resesi global 2023 ini, pelaku bisnis perlu memahami media yang akan menjadi fokus pemasaran. Pemasar harus menentukan saluran media yang nantinya akan menjadi fokus konsumen selama krisis. Untuk itu, penting bagi Anda untuk menyesuaikan rencana media.
Mengenai hal tersebut, jika melihat kemajuan dunia digital saat ini, pemasaran digital tentu menjadi salah satu pilihan yang tepat. Sebab, tak dapat dimungkiri, masyarakat kini tampaknya telah memiliki ketergantungan tersendiri terhadap aktivitas online.
Hal tersebut diperparah oleh dampak Pandemi COVID-19 yang mengharuskan seluruh lapisan masyarakat melakukan aktivitas yang serba daring. Kebiasaan selama tiga tahun terakhir ini, tak ayal menjadi titik balik bagi masyarakat untuk kian berdamai dengan internet dan mesin pencari.
Bukan hanya aktivitas pendidikan, berbagai kegiatan sosial dan pusat perbelanjaan pun tampaknya kini berangsur-angsur beralih ke dunia digital. Hal itu tentu saja membuat pemanfaatan internet akhirnya seolah menjadi salah satu kebutuhan khusus bagi masyarakat.
Menyikapi fenomena tersebut, pelaku bisnis dituntut untuk turut serta terjun di dalamnya. Pasalnya, melihat kenyataan bahwa internet dan mesin pencari kini telah menjadi sahabat bagi masyarakat, maka seharusnya sudah menjadi pembacaan peluang bagi para pebisnis.
Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan website. Jika Anda menyadari, seluruh hasil pencarian masyarakat di dalam mesin pencari bisa muncul karena adanya website. Dengan demikian, besar kemungkinan produk Anda akan muncul pada mesin pencari untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Ini Solusi Website Hosting Profesional untuk Bisnis
2. Fokus Pada Produk yang Tepat
Menjawab tantangan inflasi dan resesi global 2023 mendatang, para pelaku bisnis juga harus menyadari bahwa perilaku konsumen terhadap gaya hidup juga akan berubah. Masyarakat akan cenderung menfokuskan pengeluaran mereka terhadap kebutuhan dan hal-hal penting.
Untuk itu, bukan tidak mungkin mereka akan menurunkan selera produk atau merek lebih rendah yang masih menawarkan kualitas dan kinerja yang mumpuni. Untuk itu, fokuslah melakukan promosi untuk produk yang tepat dalam situasi krisis, seperti halnya proyeksi resesi global 2023.
3. Tunjukkan Empati dalam Aktivitas Promosi
Salah satu trik untuk melakukan aktivitas promosi masa krisis adalah menggunakan komunikasi empatik. Komunikasi ini dinilai dapat menemukan titik kontak produk Anda dengan konsumen yang sedang dalam tekanan krisis.
Oleh karena itu, jadilah manusia dan tempatkan diri Anda pada posisi pelanggan dengan fokus penyampaian komunikasi yang membantu, berempati, dan menunjukkan kepedulian.
4. Gunakan Komunikasi Manusia-ke-Manusia
Dalam hal ini, komunikasi rekan menjadi lebih ampuh selama masa krisis, seperti resesi global 2023. Orang-orang akan beralih ke teman dan keluarga untuk mendapatkan informasi dan nasihat. Untuk itu, lakukan pula pendekatan mulut-ke-mulut menggunakan konten relasi, atau pemasaran influencer.
B. Produk: Sesuaikan Produk dan Strategi Branding
Berada dalam situasi apa pun, produk atau layanan Anda merupakan inti dari merek atau brand. Oleh karena itu, dalam hal ini, pengalaman produk atau layanan tersebut dituntut untuk dapat memecahkan masalah bagi konsumen dan memberikan nilai.
Jika hal itu dicapai oleh suatu produk atau layanan, maka konsumen akan bersedia membayar mahal. Dalam konteks ini, merek harus mempertahankan investasi dalam saluran produk dan terus berinovasi. Untuk melakukan inovasi tersebut, setidaknya para pelaku bisnis harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Manfaatkan Wawasan Pelanggan dan Membaca kondisi Sosial
Membaca realitas sosial dan analisis real-time memungkinkan Anda untuk mengumpulkan, melacak, dan menganalisis wawasan konsumen untuk mengembangkan atau menginovasi produk. Hal tersebut juga berlaku pada saat terjadi resesi global 2023.
Artinya, yang dibutuhkan para pelaku bisnis adalah memahami perubahan perilaku dan preferensi konsumen selama krisis. Misalnya adalah menganalisis data pembelian, transaksi, pembelanjaan, ulasan, pembelian kembali, atau sentimen konsumen. Dengan begitu, Anda akan dapat menyesuaikan penawaran Anda.
2. Pertahankan Investasi dengan Inovasi Produk Bersama Konsumen
Investasi dalam hal ini adalah proses produk Anda mampu berinovasi untuk memenuhi perubahan preferensi dari konsumen. Artinya, inovasi dinilai menjadi hal penting yang akan mendorong dan mempertahankan pertumbuhan produk atau layanan, termasuk kala menghadapi resesi global 2023.
Untuk dapat lebih meningkatkan keberhasilan inovasi produk atau layanan, Anda bisa berkreasi bersama dengan konsumen. Kreasi bersama konsumen atau influencer adalah cara yang dinilai mampu menciptakan produk atau layanan dengan meminimalisir risiko kegagalan.
3. Tidak Mengabaikan Layanan Bagi Pelanggan
Di berbagai bidang industri, layanan pelanggan terbukti mewakili sebagian besar pengalaman produk. Hal ini juga berdampak pada kepuasan konsumen yang signifikan, sehingga bukan tidak mungkin konsumen akan kembali menggunakan produk Anda.
C. Harga: Inovasi Harga Menjadi Keunggulan Kompetitif
Selama masa inflasi yang kian naik, perusahaan tentu akan membayar lebih untuk bahan input, pengiriman, dan sumber daya lainnya. Akibatnya, perusahaan akan menaikkan harga produk selama periode inflasi untuk melindungi margin keuntungan.
Namun, tak dapat dimungkiri, harga yang lebih tinggi pun dapat mengakibatkan volume yang lebih rendah karena elastisitas harga. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus memastikan beberapa hal berikut.
1. Memahami Kesediaan Konsumen untuk Membayar
Keputusan menaikkan harga di masa inflasi yang tinggi, seperti saat resesi global 2023 bukanlah hal yang salah. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa konsumen hanya akan menerima kenaikan harga tersebut jika produk dan layanan Anda dianggap memberikan nilai yang memadai.
Hal itu tentu akan berhubungan dengan nilai produk Anda bagi konsumen. Produk dan layanan Anda harus secara signifikan mampu menunjukkan keunggulannya dibanding dengan para pesaingnya.
2. Pilih Strategi yang Tepat untuk Menyesuaikan Harga
Upaya penyesuaian harga ini harus diimbangi dengan trik yang cerdas. Sebagai salah satu contohnya, perusahaan akan lebih memilih mengurangi kuantitas produk per bungkus atau paket secara tidak langsung.
Hal itu berupaya untuk mengurangi biaya bahan mentah mereka. Dengan trik ini pula, konsumen dimungkinkan tidak menyadari perubahannya.
3. Jelajahi Kemampuan Beli Individual di Masa Resesi Global 2023
Upaya menginovasi harga menjadi keunggulan kompetitif menggunakan analitik real-time dapat memungkinkan produk Anda untuk memprediksi kesediaan konsumen membayar. Dengan begitu, Anda dapat menyesuaikan harga dan penawaran dalam aktivitas promosi di masa resesi global 2023.
D. Tempat: Sesuaikan Strategi Distribusi untuk Menjaga Ketersediaan Fisik
Ketersediaan fisik diterima secara luas sebagai faktor kunci keberhasilan bagi produk maupun layanan apa pun. Sebab, bagaimana pun, inflasi yang tinggi memungkinkan konsumen yang sensitif terhadap harga terdorong kepada saluran ritel yang berbeda.
Salah satu contohnya adalah pergeseran menuju e-commerce. Oleh karena itu, pelaku bisnis, harus melacak dengan cermat tempat konsumen membeli jenis barang atau layanan yang mereka promosikan. Dengan begitu, Anda dapat menyesuaikan prioritas distribusi.
Kesimpulan
Dalam hal ini, pemasaran menjadi elemen kunci respons terhadap setiap krisis, seperti resesi global 2023 mendatang. Dengan memahami dan mengantisipasi preferensi, perilaku, dan kebiasaan pelanggan, bisnis Anda akan dapat merespons krisis dengan lebih berhasil.
Artinya, inovasi dari setiap elemen pemasaran diyakini jauh lebih baik daripada perusahaan yang memotong anggaran untuk melindungi keuntungan.
Namun, dalam menghadapi resesi global 2023 mendatang, pemasar perlu menyesuaikan pencitraan, saluran media, keunggulan produk, serta strategi penetapan harga dan distribusi untuk memberikan nilai kepada konsumen selama masa inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Baca Juga: Saluran Media yang Tepat untuk Menghadapi Tantangan Resesi Global 2023