HomeEntertainmentSeni BudayaMengenal Lebih Dalam Makna Sumbu Filosofi Yogyakarta

Mengenal Lebih Dalam Makna Sumbu Filosofi Yogyakarta

Yogyakarta, sebuah kota yang tak hanya terkenal dengan keindahan alam dan tempat wisata, tetapi juga warisan budaya dan filosofi yang ada di dalamnya. 

Salah satu warisan budaya yang masih dilindungi dan dimiliki Indonesia adalah Sumbu Filosofi Jogja. Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia, pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi tanggal 18 September 2019.

Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan gagasan Sultan Hamengkubuwono 1 untuk  perencanaan tata ruang yang dibuat berdasarkan konsepsi jawa. 

Dilansir dari Laman Dinas Pariwisata DIY, Sultan Hamengkubuwono 1 merancang Kota Jogja membentang arah utara-selatan dengan keraton sebagai titik pusatnya.

sumbu filosofi yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta (foto : situs Provinsi Jogja)

Sultan juga membangun Tugu Golong-gilig (Pal Putih) di utara keraton, dan Panggung Krapyak di selatannya. Ketiga titik ini membentuk sebuah garis lurus yang menjadi sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Dalam simbolisme ini, konsep tata ruang menggambarkan harmoni dan keseimbangan dalam hubungan manusia dengan Tuhan (hablum min Allah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (Hablum min Annas) dan manusia dengan alam.

Keterikatan dengan alam ini diinterpretasikan oleh unsur-unsur yang membentuknya, yaitu api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari tanah Ngayogyakarta, air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta), dan angkasa (ether).

Tugu Golong-gilig
Tugu Golong-gilig (Pal Putih) (foto : situs Provinsi Jogja)

Tugu Golong-gilig (Pal Putih) mencerminkan keberadaan Sultan dalam hidupnya. Ini tercermin dari penghormatan yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa, diikuti dengan tekad untuk mencapai kesejahteraan rakyat (golong-gilig), yang didasari oleh niat suci yang melambangkan warna putih.

Panggung Krapyak atau Kandang Menjangan
Panggung Krapyak atau Kandang Menjangan (foto : bantulpedia)

Menurut laman Dinas Pariwisata DIY, Filosofi dari Panggung Krapyak ke utara adalah mencerminkan perjalanan manusia sejak dari rahim ibu hingga beranjak dewasa. Alun-alun Selatan menginterpretasikan manusia yang sudah dewasa.

Baca Juga :  Sejarah Tahun Baru Masehi 1 Januari, Bagaimana Awal Mulanya?
Suasana Pasar Beringharja
Suasana Pasar Beringharja (foto : instagram/yogyakarta)

Sebaliknya, dari Tugu Golong-gilig ke selatan menggambarkan perjalanan manusia menuju Sang Khalik. Sedangkan kompleks Kepatihan dan Pasar Beringharja mewakili godaan dan hawa nafsu yang harus dihindari.

Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan salah satu bukti nyata bahwa Jogja memiliki segudang budaya yang istimewa dan mempesona.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Related Articles