HomeLifestyleWisata & KulinerMengenal Tradisi Masangin, Mitos Beringin Kembar di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

Mengenal Tradisi Masangin, Mitos Beringin Kembar di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

Jogja dikenal dengan daerah yang kaya akan budaya, termasuk mitos-mitos di dalamnya. Salah satu mitos yang terkenal di Jogja adalah tradisi Masangin yang dilakukan di Alun-Alun Kidul Yogyakarta.

Tradisi ini berkaitan dengan mitos Beringin Kembar yang ada di tengah alun-alun tersebut. Bahkan tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang mengunjungi kota Jogja.

Nah, apa itu tradisi Masangin? Apa kaitannya dengan Beringin Kembar Alun-Alun Kidul? Mari kita bahas secara lengkap di artikel ini!

Apa itu Tradisi Masangin?

Sebelum membahas apa itu tradisi Masangin, I’ll give you some context. Keraton Yogyakarta itu diapit oleh dua buah alun-alun yang disebut dengan Alun-Alun Utara (Altar) dan Alun-Alun Kidul (Alkid).

Nah, kedua alun-alun tersebut sama-sama memiliki dua buah pohon beringin kembar yang menjulang tinggi di tengah-tengahnya. Kedua pohon yang berusia sangat tua ini dianggap sakral bagi masyarakat Jogja.

Terutama beringin kembar di Alkid. Terdapat mitos tentang beringin kembar ini yang akhirnya menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung di Alkid. Mitos ini disebut dengan tradisi Masangin.

Jadi, Masangin adalah singkatan dari “masuk di antara dua beringin”. Tradisi ini mengharuskan kamu berjalan lurus dengan mata tertutup, melewati dua pohon beringin besar yang berada di tengah Alun-Alun Kidul. Kedua pohon beringin ini dikenal dengan nama Beringin Kembar.

Meskipun tampaknya sederhana, banyak orang yang mencoba tradisi ini gagal melewati di antara kedua pohon beringin tersebut. Konon, hanya mereka yang memiliki hati bersih dan pikiran jernih yang dapat berhasil.

Mitos Beringin Kembar

Di balik tradisi Masangin, terdapat mitos yang sudah turun-temurun. Mitos ini berkaitan dengan sejarah dan mitos Keraton Yogyakarta serta kepercayaan masyarakat setempat.

Menurut cerita, kedua pohon beringin kembar ini adalah penjaga gaib dari Keraton Yogyakarta. Mereka dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat menentukan apakah seseorang memiliki niat baik atau buruk.

Baca Juga :  Jadi Ikoniknya Jogja, Sudahkah Anda Cicipi Gudeg Yu Djum Wijilan 167?

Selain itu, konon yang berhasil berjalan di tengah-tengah beringin kembar ini dengan mata tertutup maka hajatnya akan terkabul.

Namun, jika gagal, kamu harus merefleksikan diri dan membersihkan hati serta pikiran dari niat buruk. Tradisi ini menjadi semacam ujian spiritual bagi mereka yang ingin mencobanya.

Walaupun terdengar mudah, namun nyatanya banyak juga yang gagal melintas di tengah beringin kembar ini, lho.

Asal Mula Tradisi Masangin di Alun-Alun Kidul

Sejarah adanya mitos beringin kembar di Alun-Alun Kidul tidak lepas dari perjalanan sejarah Keraton Yogyakarta. Alun-Alun Kidul sendiri merupakan bagian penting dari kompleks keraton yang digunakan untuk berbagai aktivitas kerajaan, termasuk upacara dan latihan prajurit.

Jadi, dahulu kompleks ini digunakan untuk melestarikan tradisi masyarakat Keraton Jogja. Menurut sejarah, Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Keraton Yogyakarta, menanam kedua pohon beringin ini sebagai simbol persatuan dan perlindungan. Pohon beringin dalam budaya Jawa melambangkan kekuatan, keabadian, dan perlindungan.

Oleh karena itu, kedua pohon beringin di Alun-Alun Kidul diharapkan dapat melindungi keraton dari segala macam bahaya.

Dengan berjalannya waktu, kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan magis Beringin Kembar semakin kuat. Mitos-mitos yang berkembang pun turut memperkaya tradisi Masangin. Tradisi ini menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat Yogyakarta, sekaligus menjadi daya tarik wisata yang unik.

Selain itu, area Alkid juga digunakan sebagai pusat latihan dan kegiatan para prajurit Keraton. Mereka akan mengasah skill konsentrasi mereka dengan berjalan di tengah-tengah beringin kembar ini.

Mitos juga semakin kuat dipercaya karena konon di tengah pohon tersebut terdapat jimat tolak bala untuk mengusir musuh.

Katanya, ketika tentara koloni melewati tengah pohon, kekuatan mereka akan langsung hilang. Jadi akhirnya muncul juga kepercayaan bahwa siapapun yang berhasil melintas di antara keduanya akan mampu menolak bala.

Cara Mencoba Masangin

Untuk mencoba tradisi Masangin, kamu harus mempersiapkan diri dengan baik. Langkah pertama adalah menutup mata menggunakan kain atau penutup mata lainnya.

Baca Juga :  Berkuliner Ria Ala Suasana Jogja di The House of Raminten

Kemudian, kamu harus berjalan lurus dari ujung alun-alun menuju ke arah kedua pohon beringin tersebut. Meskipun terlihat mudah, banyak orang yang justru melenceng dan tidak berhasil melewati di antara kedua pohon beringin.

Ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi keberhasilan dalam tradisi Masangin, seperti konsentrasi, keseimbangan, dan ketenangan pikiran. Tradisi ini mengajarkan kamu untuk fokus dan menjaga keseimbangan, baik secara fisik maupun spiritual.

Bagi sebagian orang, berhasil melewati Beringin Kembar memberikan kepuasan tersendiri dan dianggap sebagai pencapaian spiritual.

Tradisi Masangin bukan hanya sekadar ritual spiritual, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang menarik di Yogyakarta. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang ke Alun-Alun Kidul untuk mencoba tantangan ini.

Kamu akan merasakan suasana yang berbeda saat mencoba Masangin di malam hari, ketika Alun-Alun Kidul dipenuhi oleh lampu-lampu warna-warni dan suasana yang lebih magis.

Selain Masangin, Alun-Alun Kidul juga menjadi tempat yang populer untuk berbagai aktivitas rekreasi. Kamu bisa menikmati kuliner khas Yogyakarta, seperti wedang ronde dan angkringan, sambil menikmati suasana malam yang tenang dan damai.

Suasana ini membuat Alun-Alun Kidul menjadi tempat yang sempurna untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.

Apa Makna Filosofis di Balik Tradisi Masangin?

Mitos Jogja yang satu ini memiliki makna filosofis yang dalam. Melalui tradisi ini, kamu diajak untuk merenungkan diri dan membersihkan hati dari niat buruk. Kegagalan dalam melewati Beringin Kembar dapat menjadi refleksi bahwa masih ada hal-hal negatif yang perlu diperbaiki dalam diri.

Dalam konteks yang lebih luas, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kejujuran, ketulusan, dan kebersihan hati. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian dari ajaran moral yang diwariskan oleh leluhur.

Gimana? Apakah kamu tertarik mencobanya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Related Articles