HomeNews NasionalBerita TrendingKebakaran Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre Terjadi Tak Hanya Sekali, Ini Kronologi...

Kebakaran Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre Terjadi Tak Hanya Sekali, Ini Kronologi dan Sejarah Berdirinya

Yogya.co, JAKARTA – Kubah Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (JIC) di Jalan Kramat Raya, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, ambruk usai dilalap si jago merah, Rabu (19/10/2022) kemarin. Kebakaran kubah Masjid Jakarta Islamic Centre ini diduga berasal dari percikan api para pekerja yang sedang melelehkan aspal gulung.

Kronologi Kejadian Kebakaran Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre

Mulanya, api diketahui telah berkobar sekitar pukul 15.00 WIB. Namun, petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Sudin Gulkarmat), Jakarta Utara, baru menerima laporan kebakaran pada pukul 15.24 WIB.

Para jemaah yang berada di dalam masjid pun kemudian berhamburan usai menyaksikan api yang semakin besar. Kepala Sub Divisi Informasi dan Komunikasi JIC, Paimun Karim, menambahkan bahwa beberapa orang sempat mengamankan barang-barang di lantai dasar.

Dinas Kebakaran yang mendapatkan informasi kebakaran tersebut segera meluncur ke lokasi. Petugas Damkar yang dipimpin Eko Budiyanto itu tiba di JIC pukul 15.31 WIB dan mulai proses pemadaman. Nahasnya, satu jam sejak api melahapnya, kubah masjid yang berdiri di tanah bekas lokalisasi Kramat Tunggak itu ambrol.

Pasalnya, setengah bagian dari kubah tersebut telah habis terbakar. Bahkan, si jago merah baru bisa dijinakkan oleh tujuh unit Damkar sekitar pukul 17.00 WIB. Terkait hal itu, Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, memastikan bahwa hanya bagian kubah saja yang terdampak musibah tersebut.

Penyebab Kebakaran Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre

Kasat Intelkam Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Slamet Wibisono Yanto, membeberkan penyebab terjadinya kebakaran yang melanda kubah masjid JIC tersebut berawal dari empat pekerja yang sedang merenovasinya.

Menurut keempat saksi, yakni Zaenudin, Nano Sumarni, Kusmayadi, dan Ardianysah, mereka tengah melelehkan membran (aspal gulung) untuk menempelkan atap kubah. Keempat pegawai PT. Dwi Agung Sentosa Pratama itu menduga bahwa percikan dari alat bakar tersebut mengenai glasbul hingga timbul api yang semakin besar.

Meski begitu, pihak Polres Metro Jakarta Utara masih terus mendalami penyebab kebakaran yang teradi di masjid yang berdiri di tanah eks Kramat Tunggak itu.

Dalam hal ini, pihak kepolisian memastikan bahwa kejadian ini tidak memakan korban jiwa. Namun, perihal kerugian yang ditimbulkan, pihaknya masih belum dapat menaksirnya.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Bertemu Elon Musk di Space X

Fakta Kebakaran Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre Pernah Kebakaran pada Tahun 2002

Berdasarkan beberapa kesaksian, kubah masjid Jakarta Islamic Centre ini sudah pernah dilalap si jago merah 20 tahun silam, tepatnya pada bulan Oktober 2002.

“20 tahun yang lalu, di bulan yang sama,” tulis akun @Rob***

Bahkan, beberapa netizen yang lain pun mengingat kejadian kebakaran yang melahap kubah masijid JIC pada tahun 2002 itu.

“Astaghfirullah yaa Allah, pertama kali terjadi di tahun 2022 pas masih kelas 5 SD, sekarang 20 tahun berlalu, terulang lagi di titik yang sama,” ujar @tir***.

Baca Juga: Heru Budi Hartono Sah Menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta Gantikan Anies Baswedan, Ini Profilnya.

Sejarah Berdirinya JIC di Atas Tanah Eks Lokasi Resosiliasi Kramat Tunggak

Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah berdirinya Jakarta Islamic Centre yang kukuh di atas tanah eks Lokasi Resosiliasi (Lokres) Kramat Tunggak, Tanjung Priuk, Jakarta Utara ini?

Apa Itu Lokres Kramat Tunggak?

Lokasi Resosiliasi (Lokres) Kramat Tunggak merupakan sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak yang terletak di jalan Kramat jawa RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara. Area tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari 9 Rukun Tetangga (RT).

Kramat Tunggak sendiri tak hanya masyhur di Indonesia, melainkan juga terkenal di seluruh Asia Tenggara sebagai pusat ‘jajan’ terbesar bagi kaum hidung belang. Mulanya, terdapat sekitar 300 orang WTS dengan 76 orang germo di awal pembukaannya, yakni tahun 1970-an.

Jumlah tersebut semakin bertambah seiring bertambahnya usia PKSW. Menjelang penutupan Lokres Kramat Tunggak pada tahun 1999, jumpah WTS tersebut mencapai 1.615 orang di bawah asuhan 258 germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar.

Lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat hingga akhirnya menimbulkan berbagai keresahan di tengah kalangan masyarakat Betawi. Hal tersebut dikarenakan lingkungan sekitarnya hingga citra Jakarta yang tak bisa dipisahkan dari sejarahnya.

Di mana mereka sangat kental dengan kultur Betawi yang identik dengan komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran, dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaannya.

Baca Juga :  Rumah Pasangan Difabel di Sleman Ludes Terbakar, Pemkab Sleman Sigap Beri Bantuan

Kondisi itulah yang kemudian menimbulkan beragam desakan dari para ulama dan masyarakat yang bertujuan untuk menutup Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak tersebut.

Desakan yang semakin kuat tersebut akhirnya menggugah Dinas Sosial untuk melakukan penelitian bersama dengan Universitas Indonesia (UI) tentang penolakan masyarakat terhadap PKSW Kramat Tunggak tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian itulah, pada tahun 1997, Lokres Kramat Tunggak tersebut direkomendasikan untuk ditutup. Akhirnya, pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 mengenai penutupan panti sosial tersebut.

Dalam keterangan SK itu tercatat bahwa penutupan tersebut selambat-lambatnya pada akhir Desember 1999. Secara resmi, Lokres Kramat Tunggak ditutup pada tanggal 31 Desember 1999. Selanjutnya, Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks Lokres Kramat Tunggak.

Berdirinya Jakarta Islamic Centre

Usai tanah Lokres Kramat Tunggak dibebaskan, muncul berbagai gagasan yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan, perkantoran, dan sebagainya. Namun, Gubernur H. Sutiyoso saat itu memiliki ide lain, yakni membangun Islamic Centre.

Gagasan tersebut muncul dengan harapan dapat menyatukan kelompok-kelompok lain yang begitu beragam. Hingga pada tahun 2001, Gubernur Sutiyoso melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui adanya dukungan masyarakat terhadap pembangunan yang dicanangkan.

Hingga gagasan membangun Jakarta Islamic Centre tersebut kemudian menguat usai mendapatkan respons positif dari Prof. Azzumardi Azra (Rektor UIN Syarif Hidayatullah) yang kala itu tengah berada di New York.

Dengan adaya keyakinan yang semakin menguat tersebut, akhirnya pembangunan Jakarta Islamic Centre pun diwujudkan pada tahun 2002. Tak sampai di situ, dalam rangka memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC, pada Agustus 2002 pun dilakukan studi komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris, dan Prancis.

Hingga pada akhirnya, pada tahun yang sama, dilakukan perumusan Organisasi dan Manajemen JIC. Pada saat itu, kehadiran JIC dinilai menjadi suatu yang sangat fenomenal dan mampu menjadi produk zaman yang strategis dan monumental.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Related Articles