Yogya.co, SLEMAN – Belakangan ini, nama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tengah ramai menjadi sorotan. Pasalnya, buntut dari kisah perjuangan seorang mahasiswi-nya membayar UKT hingga akhir hayat, kini banyak mahasiswa juga turut speak up.
Banyak mahasiswa UNY yang ternyatra juga merasakan hal yang sama. Hal terebut terungkap dalam acara yang digelar oleh komunitas UNY Bergerak.
Acara yang bertajuk ‘Ada Apa dengan UNY?: Kesaksian Korban UKT di UNY’ itu disiarkan melalui akun YouTube Meda Philosopis.
Salah satu korban yang membuka suara di acara tersebut adan mahasiswa berinisial U. Ia mengungkapkan perjuangan orang tuanya banting tulang untuk membiayainya kuliah.
U sendiri mendapatkan besaran UKT Rp4,2 juta per semester. Ia menyebut bapaknya bekerja sebagai seorang serabutan, akan tetapi lebih sering bekerja di angkringan. Sementara itu, ibunya merupakan seorang buruh pabrik.
Kondisi tersebut diperparah ketika adanya Pandemi COVID-19. Hal tersebut membuat pendapatan kedua orang tuanya kwalahan untuk biaya sehari-hari.
Kedua orang tua U lantas mengungkapkan kondisi ekonomi keluarganya tersebut lantaran khawatir tak dapat membayarkan UKT-nya semester depan.
Mendapati hal tersebut, U tak tinggal diam, ia lantas bekerja paruh waktu untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya.
“Pada semester 1 dan 2 sempet melakukan pekerjaan sampingan juga sebagai buruh di salah satu perusahaan perkebunan. Di situ saya coba bekerja dan memenuhi uang jajan agar tidak terlalu merepotkan,” terangnya.
Namun, sangat disayangkan ketika kondisi keuangan keluarga U tak kunjung membaik. Hingga ia mendapati satu titik yang membuat orang tuanya menjual satu-satunya sapi yang mereka punya.
“Ibu dan bapak akhirnya menjual sapi itu sebagai tabungan untuk membiayai saya kuliah. Padahal itu untuk tabungan adik saya agar bisa masuk sekolah setelah SD,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia lantas mengetahui uang kuliah yang dibayarkan orang tuanya selama ini adalah hasil utang dari bank.
“Setelah bapak dan ibu menjual sapi sebagai alasan untuk saya melanjutkan kuliah. Ternyata ada cerita lagi di balik itu, biaya pendidikan yang saya tempuh sejauh ini diambil dari hasil berutang dari bank. Jadi, saya berkuliah hasil dari utang di bank,” tutur U.
Berhenti Kuliah di UNY karena Permohonan Keringanan Tak Diterima
Cerita yang berbeda terkait persoalan yang sama datang dari sosok mahasiswa berinisial N. Ia mengaku terpaksa harus berhenti kuliah karena tak kuat membayar UKT.
Sebelumnya, N juga sempat mengajukan berbagai permohonan keringanan atau program beasiswa ke kampus. Namun, usahanya itu tak menemui jawaban memuaskan.
“Saya mengajukan program beasiswa atau bantuan pendidikan tidak diacc. Sehingga saya dan keluarga memutuskan untuk tidak kuliah,” ujar N.
UKT yang harus ia bayar kala itu adalah Rp3,6 juta. Namun, kondisi keuangan keluarganya tersebut membuatnya berat hati harus mengikhlaskan berhenti kuliah.
“Tapi pertanyaan watu saat itu adalah kenapa dari birokrasi tidak acc penurunan UKT saya. Sampai orang tua memutuskan untuk ya udah nggak usah kuliah saja, yang bisa dibilang saya mematahkan semangat, orang tua saya sendiri,” paparnya.