Trah Sri Sultan Hamengku Buwono II (HB II) di bawah Yayasan Vasiatti Socaning Lokika terus mengupayakan pengembalian manuskrip HB II yang dirampas oleh Inggris dalam peristiwa Geger Sepehi tahun 1812. Presiden terpilih Prabowo Subianto diharapkan dapat membentuk komite repatriasi untuk memfasilitasi proses ini secara multilateral antara Trah Sultan HB II, Keraton Yogyakarta, Pemerintah Indonesia, dan Kerajaan Inggris.
Pentingnya Pengembalian Manuskrip
Repatriasi manuskrip kuno adalah isu penting dalam pembangunan manusia dan kemajuan kebudayaan. Ini menjadi salah satu prioritas agenda bidang kebudayaan pada Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah (RPJMN) 2025-2029. Upaya repatriasi manuskrip kuno dapat dikembangkan melalui program revitalisasi manuskrip yang berupaya memperkuat perlindungan dan pelestarian warisan budaya.
Manuskrip Sultan HB II memiliki nilai historis yang sangat penting bagi Indonesia, terutama Keraton Yogyakarta. Manuskrip ini dapat menjadi sarana pembelajaran tentang masa lalu dan memperkaya pengetahuan tentang kebudayaan dan sejarah bangsa. Oleh karena itu, upaya pengembalian manuskrip adalah bagian dari menjaga identitas dan warisan budaya Indonesia.
Fajar Bagoes Poetranto, Ketua Yayasan Vasiatti Socaning Lokika, menyatakan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembalikan manuskrip HB II. Yayasan telah berkomunikasi intens dengan Kementerian Luar Negeri, KBRI London, dan Perpustakaan Nasional untuk meminta secara resmi kepada Kerajaan Inggris dan Pemerintah Inggris dalam rangka pengembalian manuskrip yang dirampas pada peristiwa Geger Sepehi.
Peran Prabowo Subianto dalam Pengembalian Manuskrip
Prabowo Subianto, yang disebut merupakan keturunan Sultan HB II, didorong untuk membantu upaya pengembalian manuskrip Sultan HB II. Diharapkan dengan terpilihnya Prabowo sebagai Presiden, ada langkah konkret yang diambil pemerintah Indonesia dalam membentuk komite repatriasi dan memfasilitasi proses pengembalian manuskrip tersebut.
Yayasan Vasiatti Socaning Lokika telah bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintahan seperti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Hukum dan HAM, serta Perpustakaan Nasional. Kerja sama ini penting untuk memastikan manuskrip yang dikembalikan dapat disimpan dan dirawat dengan baik di Indonesia.
Komitmen Pemerintah dalam Pengembalian Manuskrip
Salah satu tantangan utama dalam proses repatriasi adalah apakah pihak Inggris mau mengembalikan manuskrip asli. Indonesia perlu memiliki tempat dan teknologi yang memadai untuk memastikan bahwa manuskrip tersebut tetap terpelihara dan tidak rusak. Selain itu, perlu ada penelitian yang intensif dan komprehensif serta pemberitaan yang masif terkait keberadaan naskah kuno di luar Indonesia.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alhumami, menegaskan bahwa komitmen negara dalam melakukan repatriasi naskah kuno sangat penting. Repatriasi ini memerlukan usaha sistematis dan keberlanjutan. Oleh karena itu, perlu ada pengembangan data, target, dan mekanisme yang akurat untuk peta jalan repatriasi naskah kuno di Indonesia maupun di luar negeri.
Pengembalian manuskrip Sultan HB II adalah upaya penting dalam menjaga warisan budaya dan identitas bangsa. Diharapkan dengan adanya pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, upaya repatriasi ini dapat berjalan lancar dan manuskrip Sultan HB II dapat kembali ke tanah air. Kerja sama antara pemerintah, lembaga terkait, dan pihak internasional sangat diperlukan untuk mewujudkan hal ini.