Yogya.co, YOGYAKARTA – Aksi masyarakat sekitar TPST Piyungan yang memprotes Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menutup TPST Piyungan secara permanen dengan memblokade akses menuju TPST tersebut membuat gunungan sampah terlihat di beberapa tempat di kota pelajar ini.
Adanya tumpukan sampah yang telah menggunung tersebut kemudian membuat Pemerintah Kota Yogyakarta meminta masyarakat menyimpan sampah di rumah untuk sementara ini hingga pengiriman sampah ke TPST Piyungan selesai.
“Kami harap masyarakat menahan diri menyimpan dulu sampah sampai nanti betul-betul pengiriman sampah ke TPA Piyungan bisa selesai. Harapan kami tolong tahan dulu dua sampai tiga hari,” pinta Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, melansir dari laman Portal Berita Pemkot Yogyakarta.
Akses menuju TPST Piyungan sendiri telah ditutup oleh warga sekitar sejak Sabtu lalu (07/05/2022).
Penutupan TPST Piyungan dilakukan oleh warga lantaran pemerintah seakan tutup mata dengan dampak yang dirasakan oleh warga selama kurang lebih 28 tahun belakang ini.
Berbagai dampak yang dirasakan oleh para warga di antaranya saluran irigasi sungai yang tercemar dan berbagai temuan limbah plastik yang ditemukan di sekitar permukiman warga.
Dampak aktivitas TPST Piyungan tersebut bahkan membuat para petani di Banyakan di musim hujan hanya dapat menanam pakan ternak akibat tercemarnya saluran irigasi sungai yang berfungsi untuk mengairi sawah.
Sebagai informasi, air lindi atau air hasil penumpukan sampah diketahui telah masuk ke saluran irigasi.
Melihat daya tampung TPST yang sudah penuh, pemerintah pun berencana untuk memperluas lahan TPST Piyungan.
Melansir dari Radar Jogja, lahan pembuangan yang lama ini akan ditutup kemudian akan dijadikan sebagai tempat wisata atau ruang terbuka hijau.
“Memang kita akan memperluas karena yang ada ini sudah penuh,” ujar Gubernur DIY Hamengku Buwono X.
Akan tetapi, rencana ini terkendala persoalan teknis, yakni kecepatan sampah yang masuk tidak sebanding dengan studi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah.
“Problemnya ini soal teknis, antara penuhnya sampah di sana dengan hasil studi yang perlu waktu lebih panjang daripada kebak e sampah (penuhnya sampah) di sana,” jelasnya.
Baca Juga: Akhirnya… Pelaku Penusukan di Selokan Mataram Berhasil Ditangkap