Yogya.co, SLEMAN – Yogyakarta terpilih sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC) yang berafiliasi dengan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak 2014 silam.
Tak terjadi secara tiba-tiba, Yogyakarta terpilih sebagai Kota Batik Duni terjadi melalui proses yang panjang. Kisah inspiratif Yogyakarta hingga berhasil terpilih menjadi Kota Batik Duni disampaikan oleh Prof. Dr (HC) Ir Rahardi Ramelan, M.Sc. ME.
Melalui press release, Ramelan menuturkan bahwa pemilihan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia tersebut melalui diskusi yang alot.
“Saya adalah juri di Inacraft Award selama lebih dari 12 tahun. Suatu saat, dalam kegiatan Inacraft, ada orang yang menghubungi saya. Dia adalah Edric Hong, Head of Wordl Craft Council Asia Pacific Region,” tutur Ramelan.
“Kami sepakat untuk mengadakan sebuah pertemuan besar. Waktu itu, kami belum tahu kota mana yang akan kami pilih,” lanjutnya.
Namun, setelah diskusi yang cukup panjang, Edric Hong mengajukan proposal pada WCC alias Dewan Kerajinan Dunia untuk menunjuk Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Akhirnya, pada tanggal 18 Oktober 2014, Yogyakarta terpilih sebagai Kota Batik Dunia.
Lantas apa keunggulan Yogyakarta sehingga berhasil terpilih menjadi Kota Batik Dunia?
Yogyakarta Terpilih Sebagai Kota Batik Dunia, Ini Keunggulannya
Berikut ini adalah beberapa keunggulan Yogyakarta sehingga terpilih sebagai Kota Batik Dunia menurut mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indoneisa pada Kabinet Reformasi Pembangunan:
- Nilai Sejarah (Historical Value)
- Nilai Keaslian (Authenticity Value)
- Nilai Pelestarian (Conservation Value)
- Nilai Ekonomi (Economic Value)
- Nilai Ramah Lingkungan (Environmental Friendly Value)
- Nilai Global (Global Value), Dan
- Nilai Keberlanjutan (Sustainablility Value).
Lebih lanjut, Ramelan berharap bahwa masyarakat Yogyakarta nantinya akan dapat menerima dengan senang hati atas kepercayaan WCC tersebut.
Untuk mewujudkan harapannya itu, Ramelan menuturkan bahwa Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta akan berupaya mengejawantahkan prdikat tersebut melalui kegiatan yang membumi, yakni melalui gelaran Jogja International Batik Biennale (JIBB).
Dengan begitu, kegiatan tersebut akan dapat diikuti oleh seluruh elemen masyarakat, baik pelaku usaha batik maupun masyarakat umum.
“Penyelenggaraan JIBB pertama kalinya dimulai pada 2016 dan merupakan langkah nyata DIY untuk semakin mengangkat citra Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Lantas, JIBB diselenggarakan setiap dua tahunan dengan puncak acara bertepatan dengan Peringatan Hari Batik Nasional pada Oktober,” ungkap Sri Paduka Paku Alam X mewakili Gubernur DIY.
Jogja International Batik Biennale (JIBB 2023)
JIBB 2023 akan mengusung tema Boarderless Batik dengan subtema ‘Sustainable and Marketability’. Sri Paduka Paku Alam X mengatakan JIBB 2023 melalui tema batik tanpa batas itu diharapkan dapat membawa batik semakin luwes, baik penggunaan maupun konsumennya.
Sementara itu, pengangkatan subtema ‘Sustainable and Marketablity’ membawa harapan agar dapat menghadirkan hasil riset dan pengembangan serta praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik bagi generasi milenial dan iGen serta gaya hidup genarasi Z.