Selain dikenal sebagai Kota Pelajar dan pusat budaya, Jogja merupakan tempat yang kaya akan sejarah. Kamu bisa menemukan banyak museum, istana, tempat ibadah, hinga pemandian para raja di Jogja.
Salah satu yang paling menarik adalah jejak Kerajaan Mataram yang masih dapat kamu temui di berbagai sudut kota ini. Nah, apa saja tempat bersejarah di Yogyakarta yang bisa kamu kunjungi?
Berikut adalah 9 rekomendasi wisata sejarah di Jogja yang akan membawamu menelusuri jejak Kerajaan Mataram.
1. Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta adalah pusat budaya dan sejarah yang wajib kamu kunjungi. Sebagai istana resmi Kesultanan Yogyakarta, tempat ini masih berfungsi sebagai kediaman Sultan dan keluarganya. Keraton ini menjadi salah satu tempat sejarah di Yogyakarta yang paling terkenal.
Kamu bisa menikmati arsitektur Jawa yang indah, berbagai koleksi artefak, dan pertunjukan seni tradisional di tempat sejarah di Yogyakarta yang satu ini.
Barang-barang peninggalan yang bisa kamu lihat di sini di antaranya seperti kereta kencana, tombak, keris, ampilan, pelana kuda, panji, hingga regalia.
Tidak hanya melihat bangunan dan artefak saja, kamu juga bisa menikmati berbagai pertunjukan atau upacara adat yang diadakan keraton.
Lokasi: Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta
Jam operasional: Setiap hari (08.30 WIB – 14.00 WIB)
Tarif: mulai dari Rp5.000 – Rp15.000 per orang
2. Taman Sari
Taman Sari, atau dikenal sebagai Istana Air, adalah kompleks bekas taman kerajaan dari Kesultanan Yogyakarta. Tempat wisata sejarah di Yogyakarta ini dulunya digunakan sebagai tempat rekreasi Sultan dan keluarganya.
Kamu bisa menjelajahi kolam-kolam pemandian, lorong bawah tanah, dan menara yang menawarkan pemandangan indah.
Bangunan Taman Sari ini sudah ada sejak abad ke-17, lho. Dulu, Taman Sari dibangun pada masa kesultanan Hamengkubuwono I dan memakan waktu pengerjaan sekitar 9 tahun (1758-1765).
Pada awal berdiri, Taman Sari memiliki luas 10 hektar dengan 57 bangunan yang terdiri dari kolam pemandian, pulau buatan, danau buatan, jembatan gantung, taman, lorong bawah tanah, kanal air, dan beberapa bangunan lain.
Spot paling favorit dari wisata sejarah di Yogyakarta adalah masjid bawah tanahnya.
Lokasi: Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta
Jam operasional: Setiap hari (09.00 WIB – 15.00 WIB)
Tarif: Rp5.000 per orang

3. Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9. Meskipun tidak secara langsung terkait dengan Kerajaan Mataram Islam, Prambanan tetap menjadi bagian penting dari sejarah Mataram Kuno.
Candi ini memiliki arsitektur yang megah dengan relief-relief yang menceritakan kisah Ramayana. Kompleks Candi Prambanan diberi nama ‘Siwagrha’ yang dalam Bahasa Sansekerta berarti Rumah Siwa.
Salah stu situs warisan dunia UNESCO ini banyak juga dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Memiliki ketinggian mencapai 47 meter, wisata sejarah di Jogja ini menyuguhkan pemandangan yang fantastis.
Bahkan Candi Prambanan menjadi lokasi salah satu perhetalan musik jazz, Prambanan Jazz Festival yang diadakan setiap tahun. Para penonton dapat menikmati musik jazz dengan latar bangunan Candi Prambanan yang terlihat sangat menawan.
Lokasi: Kecamatan Prambanan, Sleman dan Klaten, Yogyakarta
Jam operasional: 06.30–17.00 WIB
Tarif: Rp25.000 (anak-anak) dan Rp50.000 (dewasa) per orang

4. Candi Ratu Boko
Candi Ratu Boko adalah situs arkeologi yang terletak di bukit, menawarkan pemandangan spektakuler saat matahari terbenam. Situs ini merupakan bekas istana yang dibangun pada abad ke-8, yang menunjukkan kemegahan Kerajaan Mataram Kuno. Mengunjungi Candi Ratu Boko memberikanmu wawasan tentang kehidupan kerajaan pada masa lalu.
Berbeda dari candi biasa, Ratu Boko lebih mirip istana atau kraton karena fungsinya sebagai benteng pertahanan. Kompleks ini dibagi menjadi empat area dan dibangun pada masa Rakai Panangkaran, terbukti dari beberapa prasasti sejarah.
Selain menawarkan bangunan bersejarah, Candi Ratu Boko juga menawarkan pemandangan menakjubkan, terutama saat senja, dari Plaza Andrawina.
Ratu Boko juga memiliki sumur Amerta Mantana yang airnya dianggap membawa keberuntungan dan digunakan dalam upacara Hindu. Plaza Andrawina berfungsi sebagai restoran dan ruang pertemuan, sementara fasilitas lainnya mencakup area perkemahan, trekking, paket edukatif arkeologi, dan pemandu wisata.
Lokasi ini sering dijadikan tempat syuting iklan dan foto prewedding, menambah daya tarik wisata sejarah di Yogyakarta ini.
Lokasi: Kecamatan Bokoharjo, Kabupaten Sleman
Jam operasional: 07.00–17.00 WIB
Tarif: Rp20.000 (anak-anak) dan Rp40.000 (dewasa) per orang

5. Keraton Kotagede
Kotagede adalah kawasan bersejarah yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Mataram Islam. Di sini, kamu bisa menemukan sisa-sisa benteng, makam raja-raja Mataram, dan masjid tua yang berusia ratusan tahun. Kotagede juga terkenal sebagai pusat kerajinan perak yang indah.
Di sana, kamu juga bisa menemukan Keraton Kotagede yang pernah menjadi ibukota Kesultanan Mataram sekitar tahun 1586-1613. Keraton tersebut berada di wilayah administratif yang sekarang disebut dengan Kota Gede (kota besar).
Tata letaknya mengadopsi bangunan islam dan zaman pra-islam. Hal ini ditunjukkan dengan empat konfigurasi masjid-keraton-pasar-alun-alun yang disebut dengan ‘catur gatra tunggal’.
Kompleks Keraton Kotagede dikelilingi oleh benteng pertahanan cepuri (benteng dalam) dan baluwarti (benteng dalam). Namun kini yang tersisa hanyalah reruntuhan beberapa bangunan kerajaan, seperti benteng, pasar, masjid, dan pemakaman.
Lokasi: Sayangan, Jagalan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul

6. Candi Bawah Tanah Sambisari
Candi Sambisari adalah candi Hindu yang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1966. Terletak di bawah permukaan tanah, candi ini memberikan kesan misterius dan menunjukkan bukti kuat dari peradaban Mataram Kuno.
Candi Sambisari diperkirakan dibangun pada awal abad ke-9 oleh Rakai Garung, seorang Raja Mataram Hindu dari Wangsa Syailendra. Letusan Gunung Merapi pada tahun 1006 menyebabkan tanah pasir dan bebatuan menimbun daerah tersebut, sehingga Candi Sambisari terbenam dan posisinya kini lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Area sekeliling candi telah digali dan ditata, membentuk lapangan persegi dengan tangga di empat sisinya.
Kompleks Candi Sambisari terdiri dari satu candi induk dan tiga candi pendukung, serta delapan lingga patok. Candi ini dikelilingi rerumputan hijau yang tertata rapi, memberikan kesan seperti kastil di tengah taman. Di pintu masuk candi induk, terdapat hiasan singa di dalam mulut makara.
Di dalamnya, terdapat arca Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya, serta lingga dan yoni yang menunjukkan candi ini digunakan untuk pemujaan Dewa Syiwa. Ketiga candi pendamping terletak di sisi barat candi utama.
Lokasi: Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman
Jam operasional: 08.00–16.00 WIB
Tarif: Rp5.000 per orang

7. Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo adalah museum budaya Jawa yang menyimpan berbagai koleksi artefak dari Kerajaan Mataram, termasuk keris, batik, dan wayang kulit. Museum ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang sejarah dan budaya Yogyakarta.
Museum Sonobudoyo awalnya adalah sebuah yayasan yang berfokus pada kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok, bernama Java Instituut, yang didirikan di Surakarta pada tahun 1919. Pada Kongres tahun 1924, diputuskan untuk mendirikan museum di Yogyakarta.
Pada tahun 1929, dilakukan pengumpulan data kebudayaan dari daerah tersebut, dan pada tahun 1931, dibentuk Panitia Perencana Pendirian Museum yang anggotanya termasuk Ir. Th. Karsten, P.H.W. Sitsen, dan Koeperberg.
Museum ini dibangun di atas tanah bekas “Shouten” yang merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Pembangunannya ditandai dengan sengkalan candrasengkala “Buta ngrasa estining lata,” yang menunjukkan tahun 1865 Jawa atau 1934 Masehi.
Lokasi: Jl. Pangurakan No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta
Jam operasional: Selasa-Minggu, 08.00-20.00 WIB
Tarif: Rp10.000 per orang
View this post on Instagram
8. Kawasan Cagar Budaya Pakualaman
Meskipun lebih kecil dari Keraton Yogyakarta, tempat ini tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi. Kamu bisa melihat berbagai koleksi seni dan sejarah di sini.
Kadipaten Pakualaman didirikan pada tahun 1813 selama masa kekuasaan Inggris, ketika Hamengku Buwono II menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Pangeran Natakusuma, yang kemudian bergelar KGPAA Paku Alam I.
Paku Alam I bermukim di Puro Pakualaman yang terletak di sisi timur Kasultanan Ngayogyakarta. Di kawasan Pakualaman, terdapat beberapa bangunan penting seperti Puro Pakualaman sebagai pusat pemerintahan dan kediaman Adipati, alun-alun Sewadanan sebagai ruang terbuka untuk interaksi sosial antara raja dan masyarakat, masjid untuk kegiatan religius, dan pasar Tanjung yang kini digantikan oleh pasar Sentul.
Puro Pakualaman menghadap ke selatan sebagai bentuk penghormatan kepada Kesultanan Yogyakarta.
Lokasi: Jl. Masjid No.46, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta
Jam operasional: Senin – Kamis pukul 08.00 – 13.00 WIB, Jumat 08.00 – 11.00 WIB, dan Sabtu, Minggu pukul 08.00 – 13.00 WIB

9. Makam Raja Imogiri
Makam Imogiri adalah kompleks pemakaman raja-raja Mataram yang terletak di bukit. Di sini, kamu bisa melihat makam Sultan Agung dan raja-raja lainnya. Kompleks ini menawarkan pemandangan yang tenang dan suasana yang sakral, menjadikannya salah satu tempat sejarah di Yogyakarta yang paling dihormati.
Makam Raja Imogiri dibangun pada 1632-1640 oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, Sultan Mataram ketiga dari keturunan raja Panembahan Senopati, Raja Mataram I.
Di sini, pengunjung dapat melihat empat gentong atau padhasan yang menurut cerita sebagai persembahan dari kerajaan-kerajaan sahabat. Persembahan ini ditujukan kepada Sultan Agung.
Gentong-gentong tersebut memiliki nama yang berbeda, ada Gentong Nyai Siyem dari Siam, Gentong Kyai Mendung dari Rum atau Turkey, Gentong Kyai Danumaya dari Aceh, dan Gentong Nyai Danumurti dari Pelembang.
Lokasi: Karang Kulon, Wukirsari, Kec. Imogiri, Kabupaten Bantul
Jam operasional: Jumat 13.30–16.00 WIB, Minggu dan Senin 10.00-13.00 WIB

—
Dari Keraton Yogyakarta hingga Makam Imogiri, setiap tempat menawarkan kisah dan sejarah yang mendalam. Wisata sejarah di Jogja bukan hanya memberikan wawasan tentang masa lalu, tetapi juga memperkaya pengetahuanmu tentang budaya dan tradisi yang masih hidup hingga kini.
Jadi, apa saja tempat bersejarah di Yogyakarta yang ingin kamu kunjungi? Coba kasih tahu di kolom komentar, yuk!